Tuesday, May 31, 2011

Ku Mohon Cintailah Aku

Sesaat aku ragu untuk menegurnya, karena kulihat dia begitu serius memperhatikan gambar (atau tepatnya foto dihadapannya).
“Foto siapa itu ?” kataku perlahan.
“Ah bukan siapa-siapa,” katanya.
“Bukan siapa-siapa ?, kenapa kamu begitu serius memperhatikannya”, tanyaku ulang ingin menuntaskan rasa penasaranku.

Sesaat dia menggeleng, namun aku tau, dia berusaha menahan airmata yang menggenang dimatanya. Bersahabat baik selama 15 tahun dengannya bukanlah waktu pendek untuk memahami bahkan membaca raut wajahnya. Tapi hari ini dia memang begitu misterius dan sangat berhati-hati untuk membiarkan aku mengetahui perasaannya.
“Tidak mau cerita ?,” kataku dengan santai, berusaha membuat dia tenang dan tidak merasa aku sedang mendesaknya.
“Bukan tidak mau, tapi tidak sekarang ya..,”sahutnya, sambil berbalik menatap laptopnya dan mulai serius bekerja.

Pembicaraan yang tidak tuntas itu berlangsung hampir satu bulan yang lalu, dan sekarang aku berada disisi tempat tidurnya sambil memandang wajahnya yang pucat pasi menahan sakit. Sudah hampir 2 minggu sahabatku ini terbaring dirumah sakit karena maag akut yang dideritanya. Aku berusaha meluangkan hampir seluruh waktu ku untuk menemani dia karena selain aku, dia memang tidak memiliki siapa-siapa. Dia hanyalah anak yatim piatu yang tinggal di suatu panti asuhan dan dengan semangatnya dia berhasil hidup mandiri.

“Apakah kamu masih mau tau siapa yang ada di foto itu ?” katanya pelan hampir tak terdengar.
“Sudahlah, jangan berpikir yang sulit-sulit dulu ya ?, kataku. Sempat kaget karena aku hampir melupakan peristiwa itu.
“Kamu harus tahu, karena kamulah satu-satunya keluargaku di dunia ini, setidaknya sebelum aku memiliki foto itu,” katanya lagi.
Aku memandang wajahnya sambil berkata, “Baiklah aku ingin tahu, tapi tidak sekarang karena kau harus istirahat. Ceritakan itu padaku saat kau sembuh nanti ya..,”.

Kututup malam itu dengan mengantarnya tidur dan berdoa semoga Allah segera memberikan kesembuhan padanya. Aku bergegas pulang mengingat dua buah hatiku yang sedang menunggu dirumah.

Sholat Subuh baru usai kututup dengan menyelesaikan “Al-Matsurat”, ketika HP ku berdering dan menyampaikan kabar bahwa sahabatku telah menghadap sang Pencipta. Terkejut, sedih, tak terbayangkan betapa kalutnya perasaanku saat itu… Mengapa aku tak ada disisinya saat itu ?..

Setelah sebulan berlalu, aku baru berani membongkar barang-barang peninggalannya di kantor. Barang pertama yang menarik hatiku adalah foto yang belum sempat diceritakannya padaku. Dibalik foto pria dan wanita separuh baya itu, terdapat tulisan tangan temanku “ KU MOHON CINTAILAH AKU”.

Betapa terkejutnya aku ketika mengetahui dari Ibu Asrama Panti Asuhan tempat temanku dulu tinggal, bahwa kedua orang dalam foto itu adalah ayah dan ibu kandung sahabatku. Mereka sengaja mengirim foto itu untuk bisa bertemu dengan sahabatku, tapi sayang sahabatku menolak karena tidak bisa menerima telah dibuang oleh orangtuanya yang merasa tidak sanggup menghidupi dia ketika itu.

Tapi dari tulisan di foto itu, aku tau betapa sahabatku memiliki keinginan yang besar untuk dicintai oleh kedua orangtuanya, meski bibirnya menolak tapi hatinya tidak bisa berbohong.

Malam ini ditengah Sholat Malam ku, kusampaikan pada Allah.. begitu mahalnya untuk memiliki cinta hanya karena kemarahan yang tak terbendung ?
Mengapa begitu sulit untuk memohon cinta pada orang yang kita kasihi hanya karena kemarahan dan dendam di hati kita. 
Penyesalan itu mungkin tak pernah tersampaikan oleh sahabatku, tapi aku yakin dia telah menemukan cinta yang sesungguhnya disana.


(Mengenang 24 tahun kepergianmu sahabat… kau pasti bahagia disana.. setelah 24 tahun, aku masih selalu menyebut namamu dalam doa ku)

1 comment:

Cacok EMG said...

Puisinya buat aku ya!!!!
xixixixixixixixi