Showing posts with label KIM. Show all posts
Showing posts with label KIM. Show all posts

Saturday, July 30, 2011

RAMADHAN (Teman-Teman Blogger Atau Yang Mampir Di Blog Ini ..Mohon Maaf Atas Segala Kesalahan.. Met Puasa Ya..)

Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah seseorang yang suka memaafkan kecuali Allah akan menambah kemuliaannya” (Hadist Riwayat Muslim). Maka sungguh tidak berlebihan jika posting kali ini sebagai ajang untuk menyampaikan permohonan maaf sekaligus berbagi informasi yang saya yakin teman-teman juga telah memahami. Tiada maksud menggurui atau merasa lebih tahu, namun Islampun mengajarkan sampaikanlah kebenaran meskipun hanya satu ayat. Insyaallah posting ini diniatkan untuk saling mengingatkan baik bagi diri pribadi maupun teman-teman sesama blogger. Jika berkenan baca lanjutannya ya… 
Puasa (shaum) berarti menahan diri dari melakukan suatu perbuatan, baik makan, berbicara yang tidak bermanfaat dan lainnya. Adapun dalam Agama Islam Puasa berarti “menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat”.
Puasa di bulan Ramadhan merupakan salah satu puasa wajib yang di dalamnya Allah SWT memberikan banyak keistimewaan bagi umatnya. Salah satu keistimewaan Bulan Ramadhan adalah dilipatgandakannya semua amal ibadah..hmm.. Sungguh istimewakan?? Oleh karena itu Rasulullah SAW dan para sahabat tidak melewatkan satu detikpun di bulan Ramadhan untuk beribadah dan mengerjakan amal saleh (..musti koreksi diri lahhh…)

Bagaimana keutamaan puasa dalam Al-Quran dan Al-Sunah :
KEUTAMAAN PUASA
·Dalam Al-Quran :
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab : 35).
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa) maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur” (QS. Al Baqarah: 185)
·Dalam Hadist :
Dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Semua amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa, maka ia untuk Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai (dari perbuatan maksiat) dan apabila seseorang darimu tengah berpuasa, maka janganlah dia berkata kotor, berteriak dengan suara keras dan bila seseorang mencelanya atau mengajaknya berkelahi, hendaknya ia mengatakan, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa” Demi Dzat yang jiwa Muhammad DitanganNya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah dari minyak kasturi. Orang yang berpuasa meraih dua kesenangan; bila ia berbuka ia merasa senang dan bila ia berjumpa dengan Rabbnya ia senang dengan puasanya.
Dari Sahal bin Said berkata dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut dengan ar-Rayyan yang kelak pada hari kiamat akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa dan tidak ada orang lain selain mereka yang memasukinya. Dikatakan, “ Mana orang-orang yang berpuasa?” Mereka lalu bangun dan tak seorangpun yang masuk selain mereka. Ketika mereka telah masuk, pintunya dikunci sehingga tidak ada yang masuk selain mereka.”
Dari HR Imam Ahmad, Thabrani, dan Hakim dan dishahihkannya, beliau bersabda :
 “Puasa dan Al-Quran dapat menjadi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat, berkata puasa : Yaa Robbku aku telah menghalanginya dari makan dan syahwat di siang hari, maka jadikanlah aku syafaat baginya, dan Al-Quran berkata : Yaa Robbku aku telah menghalanginya tidur diwaktu malam, maka jadikanlah aku syafaat untuknya, maka keduanya dapat memberi syafaat
Udah gak pake mikir lagi kan untuk menjalankan puasa kan ?? Begitu banyak energy kebaikan yang tersedia dibulan Ramadhan, mulai dari penggandaan pahala (terutama dimalam lailatul qadar) serta terbukanya pintu taubat seluas-luasnya.
”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr: 1-3).
AMALAN BULAN RAMADHAN
Keberkahan yang diberikan Allah SWT di Bulan Ramadhan sungguh sayang untuk dilewatkan, namun seringkali kita masih juga menyia-nyiakan keistimewaan yang ada dengan alasan “sedang berpuasa” he..he.. bahkan jam kerja biasanya berkurang yaaa… ditambah lagi mungkin kita seringkali mendengar hadist yang menyatakan bahwa tidur orang yang berpuasa itu akan mendapatkan pahala… huaaaa… ga segitu aja kali mengartikannya… tapi ga punya kapasitas deh menyatakan hadist itu shahih atau tidak, namun beberapa literature yang kubaca menyatakan bahwa makna hadist itu lebih kepada nasehat : apabila kita mengkhawatirkan pahala puasa kita akan berkurang karena kita melakukan hal-hal yang salah atau dapat mengurangi amal puasa seperti misalnya gossip (he..he.. kebiasaan perempuan niii..) lebih baik tidur. Namun akan lebih baik bila kita mengisi hari-hari puasa dengan berbagai amal ibadah (semangattt… semangattt… he..he..) diantaranya :
1.Membaca Al-Quran
Dalam hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari dijelaskan bahwa Malaikat Jibril memperdengarkan Al-Quran kepada Rasulullah SAW disetiap malam dalam Bulan Ramadhan. Hal ini memberi petunjuk bagi kita untuk rajin-rajin membaca Al-Quran di malam Bulan Ramadhan. Apalagi jika disetiap waktu  ?? misalnya sehabis sholat wajib, pasti berlipatganda ya pahalanya.. (Insyaallah..)
2.Memberi Makanan Berbuka
Tentunya bagi kamu yang memiliki kelebihan rejeki.. knapa nggak karena Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa memberi makan untuk berbuka orang yang berpuasa, maka baginya pahala sebesar pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahalanya” (Hadist Riwayat Ahmad).
3.Bersedekah
Selain memberi makanan berbuka, bersedekah pun menjadi ibadah yang dianjurkan sebagaimana  Rasulullah SAW bersabda “Sebaik-baiknya sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan” (Riwayat At Tirmidzi).Gak penting jumlahnya kannn..? Yang penting niatnya.  
4.Qiyam Al Lail
Ibadah yang dibulan-bulan biasa mungkin berat untuk dilakukan, namun insyaallah pada bulan ini dikuat-kuatin dehh semangatnya.. karena Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan dengan didasari keimanan dan menghendaki ridha Allah, maka diampunkan untuknya dosa-dosa yang telah lalu (Hadist Al-Bukhari)
5.Berdoa
Nahhh..buat kamu yang memiliki harapan-harapan baik, cita-cita yang belum kesampaian, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “Tiga orang yang tidak tertolak doanya, (yakni) orang yang berpuasa hingga ia berbuka, pemimpin yang adil dan orang yang terzalimi”.(Riwayat At Tirmidzi). Maka para ulama menganjurkan kita memperbanyak doa saat sedang berpuasa..
6.I’Tikaf
Amalan yang biasanya dianjurkan untuk para laki-laki ni (belum tau kalo untuk perempuan) yaitu melakukan I’tikaf terutama pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Aisyah mengatakan “Rasulullah SAW melakukan I’tikaf di sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadhan” (Riwayat Muslim).
7.Masih banyaklah amalan-amalan lain yang bisa kita lakukan di Bulan Ramadhan, terutama jangan ditinggalkan amalan-amalan yang selama ini rutin dilakukan seperti Membaca Al-Matsurat setiap pagi dan petang (sambil nunggu berbuka kann..), Sholat Dhuha (insyaallah harus semakin rajin), Menghafal Hadist dan Juz 30 Al-Quran (daripada ngobrol he..he..), Bersilaturahmi (terutama ke ortu..) dan tentu saja bekerja seperti biasa..
Wahh udah panjang banget deh postingnya, Insyaallah jika diberi kesempatan dan kekuatan dari Allah SWT akan posting hal lain tentang Ramadhan. Posting ini hasil dari membaca beberapa sumber, diantaranya :
Hidayatullah Edisi 05/XXII/September 2009/Ramadhan/Amalan Bulan Ramadhan
Fiqih Islam : H. Sulaiman Rasjid (Terbitan Sinar Baru Algensindo)
Puasa Sunnah “Hukum & Keutamaannya” : Usamah Abdul Aziz : Serial Buku Darul Haq ke-128
Semoga bermanfaat, sesungguhnya segala kebenaran itu datangnya dari Allah SWT dan segala kesalahan adalah dari kurangnya pengetahuanku. Wallahu a’lam bishowab.


Tuesday, June 7, 2011

SEPULUH POINT KEBAHAGIAAN

DR, Aidh al-Qarni adalah penulis yang sangat kukagumi tulisannya, penuh nasehat, lembut dan menyentuh hati. Penulis buku fenomenal "La Tahzan" (Jangan Bersedih)... ini selalu menghadirkan kesejukan dalam seluruh tulisannya.

Salah satu bukunya yang selalu membuat aku termenung-menung dan tak jarang menangis adalah "Menjadi Wanita Paling Bahagia" yang ditulis beliau khusus untuk wanita.. Subhanallah.. begitu mudah sebenarnya untuk bahagia sebagai wanita, namun kadang fitrah manusia itu masih saja membelenggu.. bersama ini kutuliskan 10 point kebahagiaan dalam bukunya..

  1. Melakukan pekerjaan yang disukai. Jika ada kendala dalam pelaksanaannya, maka cobalah melakukan apa yang menjadi hobimu pada waktu senggang atau pada saat sibuk.
  2. Menjaga kesehatan adalah kunci kebahagiaan itu sendiri. Bentuknya, bisa menjaga keseimbangan pola makanan, berolahraga dan menjauhi kebiasaan yang membahayakan
  3. Harus memiliki tujuan dalam hidup, karena itu yang akan membuatnya bersemangat
  4. Menerima kehidupan apa adanya dan merasakan manis-getirnya hidup
  5. Menghadapi hidup yang ada hari ini, tidak menyesali yang telah lalu, dan tidak bersikap gelisah akan hari esok yang belum datang
  6. Hendaknya selalu berpikir dalam kerja dan mengambil keputusan. Tidak menyalahkan orang lain ketika keputusannya salah
  7. Hendaknya melihat orang lain yang lebih rendah darinya dalam keberuntungan
  8. Selalu tersenyum dengan wajah berseri dan selalu berteman dengan mereka yang optimis
  9. Hendaknya ia membantu orang lain bahagia agar ia mendapat curahan kebahagiaan
  10. Mengambil kesempatan-kesempatan berharga dan menjadikannya sebagai terminal kebahagiaan
"Kebimbangan, kelemahan dan berputar-putar disekitar masalah tanpa cita-cita, akan menguras tenaga"

"Allah akan menjadikan kemudahan setelah kesukaran (QS. Ath-Thalaq: 7)"

Thursday, April 21, 2011

KEMATIAN ???

Entah kenapa belakangan aku terus berpikir tentang kematian. Terkadang terpikir bahwa kematian adalah sesuatu yang lebih baik dibandingkan kehidupan. Ketika begitu banyak intrik (tidak yakin untuk menyebut sebagai cobaan) yang dihadapi hingga merasa sulit untuk menerima, terpikir bahwa mungkin itu yang menyebabkan banyak orang memilih untuk mati sebagai penyelesaiannya.

Apakah kematian itu sesungguhnya ? Apakah Allah membolehkan kita memintanya dalam doa ? Apakah lebih baik mati daripada melakukan kesalahan atau dosa di dunia ini ?

Kematian sesungguhnya sesuatu yang akan terjadi dan menimpa semua orang pada waktu yang telah ditentukan. Sebagaimana disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya :
Q.S. An-Nisa : 78 : “Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”.

Q.S. Ali Imran : 185 : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan baru pada hari kiamatlah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Kematian sesungguhnya bukanlah hal yang mudah atau indah sebagaimana yang dipikirkan oleh sebagian orang, bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR. Tirmidzi)

Dan Allah berfirman :
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”. (Q.S. Al-Jumu’ah : 8)

Namun demikian dalam agama islam, kita tidak dianjurkan untuk takut kepada kematian karena kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Kematian hanyalah jalan menuju kehidupan yang hakiki atau kekal di akhirat. Mengingat kematian justru dianjurkan karena akan memantapkan akidah serta menumbuhkembangkan semangat pengabdian kepada Allah SWT.

Orang yg beriman amat bersuka cita dgn kematiannya. Ia bersuka cita sebab akan bertemu Rabbnya. Berbeda dgn orang yg tidak beriman ia sama sekali tidak berdaya menghadapi kematian ia ingin lari dari kematian tetapi kemana?

Namun demikian sesungguhnya kematian adalah Hak Allah untuk menentukan. Dia mematikan manusia pada kematian agung melalui malaikat-Nya. Kematian sesungguhnya telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat :

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

Berpikir tentang kematian ? Biarlah tetap menjadi rahasia Allah. Semoga Allah menghadirkan keyakinan bahwa semua intrik dalam hidup adalah tanda kecintaan-Nya yang begitu besar, agar selalu pasrah pada kekuasaan-Nya.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Monday, July 6, 2009

Kapan Bicara Kapan Mendengar

By Republika NewsroomJumat, 09 Januari 2009 pukul 12:39:00
Allah SWT menciptakan dua telinga dan satu mulut. Artinya, kita harus lebih banyak mendengar daripada banyak bicara. Mendengar harus dua kali lebih banyak, agar ucapan kita jadi lebih bermakna. Semoga Allah Yang Maha Mendengar menggolongkan kita sebagai orang-orang yang merasa didengar oleh-Nya.

Saudaraku, merasa didengar oleh Allah adalah keutamaan yang akan menghalangi kita dari maksiat lisan. Kata-kata kita sering menjadi dosa karena kita tidak merasa didengar oleh Allah.
As-Sami' adalah salah satu asma Allah yang berarti mendengar. As-Sami' terambil dari kata sami'a yang artinya mendengar. Menangkap suara atau bunyi-bunyi dapat diartikan pula mengindahkan atau mengabulkan. Jadi, Allah Maha Mendengar segala suara walaupun semut hitam yang merangkak di batu hitam di tengah belantara yang kelam. Logikanya jelas, bagaimana Allah tidak mendengar sedangkan Ia adalah pencipta semut, yang dengan izin-Nya ia merangkak di kegelapan malam.

Allah pasti mendengar apapun yang disuarakan oleh makhluk-makhluk-Nya, dalam bisikan yang paling halus sekalipun, dan dalam hiruk pikuk kegaduhan. Allah pun Maha Mendengar orang yang hatinya selalu berzikir, walau di tempat tersembunyi atau di pangkalan pesawat terbang yang sangat bising. Hikmah apa yang bisa kita dapatkan dari sifat As-Sami' ini? Hikmahnya, kita harus berhati-hati dalam menjaga lisan. Jangan bicara kecuali benar dan bermanfaat, karena setiap patah kata akan didengar oleh Allah dan harus kita pertanggungjawabkan di akhirat kelak. Karena itu, kita harus selalu berpikir dan menimbang sebelum bicara. Bertanyalah selalu, pantaskah saya bicara seperti ini? Benarkah perkataan ini kalau saya ucapkan? Karena ada perkataan yang benar tapi tidak tepat situasi dan kondisinya. Islam mengistilahkan kebenaran dalam perkataan sebagai qaulan sadiida. Apa syaratnya?

Pertama harus benar. Benar di sini mengandung arti bahwa perkataan yang kita ucapkan harus sesuai dengan realitas yang terjadi, tidak menambah-nambah ataupun mengurangkan. Abu Mas'ud ra berkata: bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Biasakanlah berkata benar, karena benar itu menuntun kepada kebaikan dan kebaikan itu menuntun ke surga. Hendaklah seseorang itu selalu berkata benar dan berusaha supaya tetap benar, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang as-siddiq (amat benar) (HR. Bukhari Muslim)

Kedua, setiap kata itu ada tempat yang tepat dan setiap tempat itu ada kata yang tepat. Di sini tepat, tapi di tempat lain belum tentu tepat. Dengan orang tua tepat, tapi dengan anak belum tentu tepat. Dengan guru tepat, tapi dengan murid belum tentu tepat. Jadi dalam berbicara itu tidak cukup benar saja, tapi harus pandai pula membaca situasi dan objek yang kita ajak bicara.

Ketiga, kita harus bisa mengukur apakah kata-kata kita itu melukai atau tidak, karena sensitifitas tiap orang itu berbeda-beda. Dan terakhir, pastikan perkataan itu bermanfaat. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya" (HR. Bukhari Muslim).

Hikmah kedua adalah kita harus belajar mendengarkan. Mendengar belum tentu mendengarkan. Mendengar hanya sekadar menyerap suara lewat telinga. Sedang mendengarkan tidak sekadar menyerap suara, tapi juga menyimak dan mengolah apa-apa yang kita dengar. Karena itu, dengan mendengarkan kita akan faham, dan dengan faham kita bisa berubah.

Ada orang yang mendengar tapi konsentrasinya pecah, itu pun tidak bisa dikatakan mendengarkan. Mendengarkan erat kaitannya dengan keterampilan untuk fokus. Cahaya matahari yang difokuskan dengan suryakanta bisa membakar kertas dan bahan lainnya. Kalau kita konsentrasi, maka informasi dan ilmu akan fokus, hingga semangat kita akan menyala. Kalau semangat sudah menyala, tidak akan ada yang bisa menghalangi untuk sukses. Karenanya, dalam mendengar informasi harus fokus dan tuntas, jangan setengah-setengah. Dari itu, kita harus belajar belajar mendengarkan, menyimak, dan memfokuskan diri untuk memahami. Dengan pemahaman yang benar insya Allah kita bisa bertindak benar dan proporsional. Dari asma Allah ini, kita bisa menyimpulkan bahwa kita harus lebih banyak mendengar daripada banyak bicara.

Mendengar harus dua kali lebih banyak, supaya sekali berkata maknanya bisa lebih besar. Karena itulah Allah SWT menciptakan dua telinga dan satu mulut. Hisap informasi sebanyak mungkin, lalu olah, dan keluarkan dengan kata-kata yang sarat makna. Banyak bicara akan banyak mengeluarkan kata-kata, hingga peluang tergelincir akan semakin besar. Bila ini terjadi maka peluang untuk celaka jadi semakin besar. Benarlah apa yang disabdakan Rasulullah SAW, "Barang siapa banyak bicara, niscaya banyak kesalahannya; barang siapa banyak kesalahannya, niscaya akan banyak dosanya; dan barang siapa banyak dosanya, maka neraka menjadi lebih utama baginya" (HR. Abu Nu'aim) Semoga Allah menuntun kita menjadi orang bijak, yang banyak mendengar sedikit bicara. Wallahu a'lam bish-shawab. KH Abdullah Gymnastiar/dokrep/Juli 2004

Tuesday, December 30, 2008

MEMPRIORITASKAN KUALITAS ATAS KUANTITAS

(dikutip dari BUKU FIQH PRIORITAS oleh Dr. Yusuf Qardhawi)

Pada suatu kesempatan saya diminta oleh murobbi untuk membedah buku “FIQH PRIORITAS oleh Dr. Yusuf Qardhawi”. Ketika saya membaca buku ini, saya menemukan begitu banyak hal penting yang membuat saya menyadari betapa saya telah salah memprioritaskan segala hal selama ini . Pada bagian ini saya ajak teman-teman untuk menyimak “MEMPRIORITASKAN KUALITAS ATAS KUANTITAS”. Begitu banyak hal yang bermanfaat Jazakumullah.

Diantara hal-hal penting yang perlu diprioritaskan menurut pandangan syariat ialah : mendahulukan kualitas dan jenis urusan atas kuantitas dan volume pekerjaan, yaitu bukannya banyak dan besarnya persoalan yang dihadapi, tetapi kualitas dan jenis pekerjaan yang kita hadapi.
Al-Quran sangat mencela terhadap golongan mayoritas (banyak) apabila di dalamnya hanya diisi oleh orang-orang yang tidak berakal, tidak berilmu, tidak beriman dan tidak bersyukur; sebagaimana disebutkan :
“…… akan tetapi kebanyakan mereka tidak memahaminya” (al-Ankabut: 63)
“…… akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (al-A’Raf: 187)
“…… akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman” (Hud: 17)
“…... akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur” (al-Baqarah: 243)
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah…” (al-An’am: 116)
Pada masa yang sama al-Quran memberikan pujian terhadap kelompok minoritas (sedikit) apabila mereka beriman, bekerja keras, dan bersyukur, sebagaimana firman-Nya :
“….. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini ……” (Shad : 24)
“….. dan sedikit sekali hamba-hamba-Ku yang berterima kasih” (Saba’ : 13)
“Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi…..” (al-Anfal : 26)
“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka…” (Hud: 116)
Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk memiliki keturunan yang banyak melebihi umat yang lain, namun beliau tidak menghendaki kebodohan, kefasikan, kemiskinan dan kezaliman umatnya atas umat-umat yang lain, sebagaimana sabdanya :
“ Menikahlah kamu, kemudian berketurunanlah, agar jumlah kamu menjadi banyak, karena sesungguhnya aku bangga dengan jumlahmu yang banyak atas umat-umat yang lain” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud & Nasai dari Ma’qal bin Yasar)
“ Manusia itu bagaikan unta, diantara seratus ekor unta itu engkau belum tentu menemukan seekor yang boleh dijadikan sebagai tunggangan “ (Muttafaq’Alaih, dari Ibn Umar).
Kita senantiasa menonjolkan jumlah atau angka beribu-ribu atau berjuta-juta tanpa tahu apa yang ada dibalik angka-angka tersebut. Seorang penyair dijaman Arab Jahiliyah mengatakan bahwa “jumlah yang sedikit tidaklah rugi apabila mereka mulia dibandingkan jumlah yang banyak tetapi terhina”.
Al-Quran pun menceritakan kepada kita bagaimana Rasulullah dan para sahabat memperoleh kemenangan dalam Perang Badar padahal jumlah mereka lebih sedikit dibandingkan jumlah musuh.
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya)” (Ali’Imran: 123) (Lihat juga al-Anfal: 26)
Namun disaat lain yaitu Perang Hunain kaum muslimin hampir menderita kekalahan karena mereka membanggakan kualitas (jumlah yang banyak) dan melupakan kualitas (kekuatan ruhaniah) serta kemahiran perang, setelah mereka bertobat maka Allah memberi memberikan kemenangan kepada mereka (sebagaimana disebutkan dalam surah At-Taubah: 25-26).
Dalam al-Quran, Allah juga menjelaskan bahwa apabila keimanan dan kemauan kuat atau kesabaran telah berkumpul dalam diri manusia maka kekuatannya akan menjadi sepuluh kali lipat dibandingkan musuh-musuh yang tidak memiliki keimanan dan kemauan (sebagaimana disebutkan dalam surah al- Anfal: 65-66).
Pada zaman kita saat ini umat muslim sangat banyak namun sebagaimana dijelskan dalam hadist yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Dawud dari Tsauban bahwa jumlah yang banyak tidaklah cukup apabila hanya kelihatan megah dari luar tetapi lemah di dalam, bagaikan buih yang terseret arus air, lemah tidak memiliki identitas, kehilangan tujuan dan jalan yang benar.
Oleh karena itu sebaiknya kita lebih memperhatikan kualitas dibandingkan kuantitas dalam segala hal, manusia misalnya tidak diukur dari tinggi tubuhnya, kekuatan ototnya, besar tubuhnya, dan kecantikan wajahnya karena bukan merupakan inti dan hakikat kemanusiaan. Tubuh manusia hanya bungkus dan instrument, hakikatnya ialah akal dan hatinya.
Dalam hadist shahih disebutkan bahwa :
“Orang Mu’min yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang Mu’min yang lemah”
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kamu, dan bentuk luar kamu, akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati kamu” (Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah r.a. 2564).
Amalan-amalan yang diterima disisi Allah bukanlah berdasarkan jumlah atau kuantitasnya tetapi inti atau kualitasnya. Banyak amal yang hanya memenuhi syarat secara lahiriah tetapi kehilangan ruh yang meniupkan kehidupan di dalamnya, karena itu amal tersebut tidak dianggap sebagai amal kebajikan dan tidak ditimbang sebagai amal kebajikan di akhirat kelak. Allah SWT berfirman :
“Maka celakalah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya’ (al-Ma’un: 4-6).
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus…” (al-Bayyinah: 5).
Jika amal perbuatan tidak dapat diukur dengan kuantitas (besarnya), maka umur manusia tidak dapat diukur dengan lama waktunya. Ada orang yang berumur panjang tetapi tidak membawa berkah, dan ada orang yang tidak berumur panjang tetapi hidupnya sarat dengan pelbagai kebajikan dan perbuatan yang baik.
Cukuplah contoh bagi kita, yaitu Nabi SAW yang mulia, dalam masa duapuluh tiga tahun (yaitu masa sejak beliau diangkat sebagai nabi), dalam masa ini beliau mendirikan agama yang paling mulia, mendidik generasi yang paling baik, menciptakan umat yang terbaik, mendirikan Negara yang paling adil, menang terhadap penyembahan berhala orang-orang kafir, Yahudi serta memberikan warisan setelah kitab Allah berupa sunnah yang menjadi petunjuk dan sirah yang sempurna.
Demikian halnya sahabat-sahabat Rasulullah seperti Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab, Umar bin Abd al-Aziz, yang senantiasa berjuang menegakkan agama Allah. Demikian halnya Imam besar seperti Imam Syafi'i, yang hidup selama lima puluh empat tahun menurut perhitungan tahun qamariyah (150-204 H.) tetapi dia mampu memberikan berbagai sumbangan ilmiah yang orisinal. Imam al-Ghazali, yang hidup selama lima puluh lima tahun (450-505 H.) meninggalkan kekayaan ilmiah yang bermacam-macam. Imam al-Nawawi, yang hidup selama empatpuluh lima tahun (631-676 H.) meninggalkan warisan yang sangat bermanfaat bagi kaum Muslimin secara menyeluruh; baik berupa hadits, fiqh; yaitu dari hadits empat puluhnya hingga penjelasannya atas hadits Muslim; dari metodologi fiqh hingga Rawdhah al-Thalibin; dan lain-lain.
Begitu pula halnya dengan para ulama yang lain; yang memenuhi dunia ini dengan ilmu dan keutamaannya. Oleh karena itu, ada orang yang meninggal dunia sebelum dia mati. Umurnya telah habis padahal dia masih hidup. Tetapi ada orang yang dianggap masih hidup setelah dia meninggal dunia. Karena dia meninggalkan amal-amal yang shaleh, ilmu yang bermanfaat, keturunan yang baik, murid-murid yang dianggap dapat memperpanjang umurnya.