Thursday, October 29, 2015

VALUASI EKONOMI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN (KKMB) KOTA TARAKAN

1. LATAR BELAKANG
Pembangunan di beberapa negara berkembang bertumpu pada kekayaan sumber daya alam yang ada, demikian halnya dengan Indonesia, kekayaan sumber daya alam dan budaya yang dimiliki merupakan potensi besar untuk memperoleh dana bagi pembangunan.
Salah satu potensi sumber daya alam yang memiliki
”nilai ekonomi” tinggi adalah keindahan dan keunikan alam yang telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara, sehingga saat ini keindahan dan keunikan alam Indonesia merupakan salah satu ”komoditi” yang menjadi sumber pendanaan pembangunan. Kesadaran akan potensi keindahan dan keunikan alam tersebut menjadi alasan untuk menetapkan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan dalam pembangunan di berbagai wilayah di Indonesia.
Pengembangan pariwisata dalam konteks ”pembangunan berkelanjutan” sebagaimana dikemukakan Hastuti dan Wijayanti (2009) diarahkan pada sustainable tourism yang salah satu bentuknya adalah ecological tourism (ecotourism).
Konsep ekowisata telah dikembangkan sejak era tahun 80-an, sebagai pencarian jawaban dari upaya meminimalkan dampak negatif bagi kelestarian keanekaragaman hayati,
yang diakibatkan oleh kegiatan pariwisata. Konsep ekowisata sebenarnya bermaksud untuk menyatukan dan menyeimbangkan beberapa konflik secara objektif dengan menetapkan ketentuan dalam berwisata, melindungi sumber daya alam dan budaya serta menghasilkan keuntungan dalam bidang ekonomi untuk masyarakat lokal.
Ekowisata juga merupakan bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonversi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat.
Konsep ekowisata yang terdiri dari komponen pelestarian lingkungan (alam dan budaya), peningkatan partisipasi masyarakat, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal, telah diperkenalkan dan dikembangkan dengan sukses di banyak negara berkembang. Pengembangan ini selalu konsisten dengan dua prinsip dasar yaitu memberi keuntungan ekonomi langsung kepada masyarakat lokal serta turut andil dalam pelestarian alam. 
Kota Tarakan merupakan salah satu daerah yang mengembangkan pariwisata dalam konteks ekowisata melalui pengelolaan dan pengembangan Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan. KKMB (Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan) di Tarakan sampai saat ini merupakan satu-satunya kawasan konservasi mangrove di Indonesia yang lokasinya berada di pusat kota.
Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan memiliki luas ± 21 Ha dan dikelola secara intensif oleh Pemerintah Kota Tarakan. Memiliki potensi alam berupa hutan magrove alami dan keberadaan satwa langka endemik Kalimantan yang dilindungi yaitu Bekantan (Nasalis iarvatus) atau Proboscis Monkey. Saat ini Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) menjadi salah satu tujuan wisata di Kota Tarakan. 
Perkembangan KKMB sebagai potensi ekowisata akan membawa dampak positif dan negatif bagi kawasan tersebut dan masyarakat sekitarnya. Salah satu contoh dampak positif adalah meningkatkannya aliran uang dari wisatawan yang berkontribusi positif pada peningkatan perekonomian lokal. Adapun penurunan kualitas lingkungan serta perubahan kondisi sosial budaya masyarakat merupakan beberapa dampak negatif yang akan muncul. 
2. TUJUAN PENULISAN
Potensi wisata alam dan jasa lingkungan yang terdapat di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan merupakan nilai penting bagi sektor pariwisata di Kota Tarakan. Pengetahuan mengenai Nilai Ekonomi Total yang dimiliki kawasan tersebut dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi para stakeholder untuk mengembangkan kegiatan wisata alam di wilayah ini secara berkelanjutan.
Adapun penulisan makalah ini berdasarkan hasil kajian desk study  dengan cara studi literatur melalui pengumpulan referensi yang memuat berbagai konsep dan teori mengenai Nilai Ekonomi Total, potensi Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan dan Teknik Valuasi Ekonomi untuk perhitungan Nilai Ekonomi Total (NET/ TEV) kawasan tersebut.
3. KONSEP NILAI EKONOMI TOTAL
Paradigma baru pengelolaan sumberdaya alam yang mengacu pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menuntut adanya keseimbangan dalam pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan dan sumberdaya alam. Oleh karena itu dalam memperhitungkan manfaat suatu sumberdaya alam tidak hanya memperhitungkan faktor ekonomi (economic benefits) namun juga harus mempertimbangkan environmental cost yang timbul dari pemanfaatan tersebut. Konsekuensi dari konteks perubahan tersebut adalah pentingnya menyertakan dinamika ekosistem yang ada termasuk mengetahui nilai ekonomi dari suatu sumberdaya alam sebelum menetapkan suatu kebijakan pengelolaan sumberdaya alam.
Dalam ilmu ekonomi lingkungan upaya untuk mengetahui nilai ekonomi dan fungsi lingkungan dari suatu sumberdaya alam digunakan pendekatan Nilai Ekonomi Total (NET/ TEV). Konsep ini telah lama berkembang dalam memperhitungkan manfaat dari peningkatan kualitas sumber daya alam yang merupakan barang publik (public goods) seperti upaya peningkatan kualitas air, penilaian sumber daya hutan, penurunan atau kerusakan terumbu karang.
          Nilai sesungguhnya merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek misalnya hutan mangrove. Penilaian tersebut akan beragam tergantung kepada persepsi dan lokasi masyarakat yang berbeda-beda. Bagi masyarakat yang langsung merasakan manfaat dari keberadaan hutan mangrove akan memberikan nilai yang tinggi terhadap kawasan tersebut. Sebaliknya bagi masyarakat yang tinggal jauh dan tidak merasakan secara langsung manfaat yang ada akan memberikan nilai yang berbeda. 
Pearce (1992) dalam Munasinghe (1993) membuat klasifikasi nilai manfaat yang menggambarkan Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) berdasarkan cara atau proses manfaat tersebut diperoleh, sebagaimana berikut :
Nilai Ekonomi Total pada dasarnya sama dengan net benefit (keuntungan bersih) yang diperoleh dari sumber daya alam, namun dalam konsep ini nilai yang dikonsumsi individu dapat dikategorikan dalam dua komponen utama yaitu :
a.   Use value (Nilai Guna) : nilai yang diperoleh seorang individu atas pemanfaatan langsung dr SDA dimana individu berhubungan langsung dengan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (berburu, memancing, rekreasi dsb). Termasuk pemanfaatan secara komersial atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam (ikan dan kayu yang bisa dijual maupun untuk konsumsi langsung).
Use value diklasifikasikan ke dalam : 
  • Nilai Guna Langsung (direct use value/ DUV) yaitu manfaat yang langsung diambil dari sumberdaya alam. Nilai ini dapat diperkirakan melalui kegiatan konsumsi atau produksi, misalnya penangkapan ikan, hasil hutan, hasil pertanian, dsb baik secara komersial atau non komersial. 
  • Nilai Guna Tak Langsung (indirect use value/ IUV) yaitu merupakan nilai secara tidak langsung dirasakan manfaatnya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh SDA & lingkungan. Dapat berupa hal yang mendukung nilai guna langsung, seperti plasma nutfah dan daya asimilasi limbah dari hasil kegiatan manusia oleh lingkungan, fungsi pencegahan banjir. 
b.   Non Use value (Nilai Bukan Guna) : nilai yang diberikan kepada sumber daya alam atas keberadaannya meskipun tidak dikonsumsi secara langsung, lebih sulit diukur (less tangible
karena lebih didasarkan pada preferensi (pilihan) terhadap lingkungan ketimbang pemanfaatan langsung.  Kategori ini dibagi kedalam :









No comments: